Minggu, 13 Maret 2011

JAGALAH ALLAH, PASTI ALLAH MENJAGAMU (PART II)


SPESIAL EDITION

Dan firman-Nya :
“Tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah padahal Allah beserta
mereka” (QS. An-Nisaa : 108).
Kebersamaan ini berupa pengetahuan Allah, pengawasan-Nya terhadap
perbuatan-perbuatan mereka dan ini mengandung ancaman.
Hukum Minta Pertolongan
Nabi bersabda :
“Apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah”. Yang di maksud
dengan meminta di sini adalah berdo’a dan do’a itu adalah ibadah. Allah
ta’ala berfirman :
“Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya” (QS. An-Nisaa :
32)
Allah ta’ala mengancam orang sombong yang tidak mau berdo’a kepada-Nya.
“Dan Robb kalian berfirman : Berdo’alah kepadaku maka pasti aku akan
kabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari menyembah kepada-Ku
maka pasti mereka akan masuk ke neraka jahannam dalam keadaan hina.”
(QS. Al-Mukmin : 60)
Maka wajib bagi seorang Muslim untuk dia tidak meminta/berdo’a kepada
selain Allah dalam hal-hal
yang tidak sanggup untuk melakukannya kecuali
Allah. Barangsiapa yang meminta/berdo’a kepada selain Allah maka dia
terjerumus kedalam kesyirikan yang Allah telah melarang hamba-Nya
darinya. Allah berfirman :
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang berdo’a kepada selain
Allah yang tidak bisa memperkenankan do’anya sampai hari kiamat” (QS.
Al-Ahqof : 5).
Ibnuajab v berkata: “Ketahuilah bahwa meminta kepada Allah adalah suatu
yang wajib dilakukan. Karena meminta itu mengandung arti merendahkan
diri, tunduk serta mengharapkan dan membutuhkan dari sang peminta
(hamba). Dan hal tersebut juga mengandung pengakuan akan kemampuan yang
di minta (Allah) untuk menghilangkan kesusahan dan mendatangkan
kemanfaatan. Tidak ada yang patut untuk seorang Muslim itu merendahkan
diri dan mengharapkan kecuali kepada Allah saja. Dan inilah hakikat
ibadah. [6] 6. Jamiul ulum wal hikam hal. 181
Adapun meminta manusia dalam perkara-perkara dunia yang mereka sanggup
melakukannya maka hal ini (sebenarnya tidak dibolehkan kecuali pada
waktu darurat-pent). Banyak hadits-hadits yang mencela meminta kepada
manusia dan menganjurkan untuk bersikap memelihara diri dari
meminta-minta. Nabi pernah bersabda : “Wahai Qobishoh, sesungguhnya
meminta itu tidak dibolehkan kecuali dalam salah satu dari tiga hal,
yaitu :
1. Seseorang (yang mendamaikan pertikaian antara manusia lalu) dia
menanggung beban biayanya maka boleh baginya meminta hingga dia
mendapatkannya kemudian dia berhenti dari meminta.
2. Seseorang yang tertimpa bencana hingga musnah hartanya maka boleh
baginya untuk meminta hingga dia mendapatkan hal yang bisa menopang
hidupnya.
3. Seseorang yang tertimpa kemiskinan yang sangat hingga 3 orang yang
cerdik dari kaumnya berkata: telah menimpa orang itu kemiskinan yang
sangat maka boleh bagi orang ini untuk meminta sampai dia mendapatkan
hal yang bisa menopang hidupnya.
Selain ketiga hal ini -wahai Qobishoh- meminta-minta itu termasuk
memakan harta yang haram” (HR Muslim)
Hadits di atas ini menunjukkan akan haramnya meminta-minta dan hal
tersebut tidak dibolehkan kecuali karena terpaksa seperti yang
disebutkan dalam hadits atau yang semisalnya.
Allah I memuji hamba-hamba-Nya yang memelihara diri mereka dari
meminta-minta kepada manusia. Allah ta’ala berfirman :
“Berinfaklah kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah ; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi ; orang yang tidak
tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari
meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka
tidak meminta kepada orang secara mendesak.” (QS. Al-Baqoroh : 273)
Nash-nash tentang hal ini banyak sekali, sebagiannya mengharamkan
(seperti hadits di atas) dan sebagiannya lagi memakruhkan, semisal
seorang meminta kebutuhan pribadinya kepada sahabatnya seperti
kendaraan, bejana, pensil dll. Nabi pernah membaiat sekelompok dari
sahabatnya untuk mereka tidak meminta kepada manusia sesuatupun
(diantaranya Abu Bakr, Abu Dzar dan Tsauban). Pernah salah satu dari
mereka suatu ketika jatuh cemeti atau tali kendali untanya, maka diapun
tidak mau meminta seseorang untuk mengembalikan kepadanya. Maka sebagian
Ulama ketika mengomentari hadits di atas berkata : “Didalamnya ada
penjelasan bolehnya berpegang dengan keumuman (hadits) karena mereka
dilarang meminta (secara umum) dan didalamnya juga terdapat anjuran
untuk memelihara diri dari meminta-minta walaupun sesuatu yang kecil”
Meminta Pertolongan Hanya Kepada Allah Saja
Nabi bersabda :
“Apabila engkau meminta pertolongan mintalah kepada Allah.”
Seorang hamba meskipun memiliki kedudukan, kehormatan dan kekuasaan dia
masih lemah dan fakir (membutuhkan) untuk mendapat manfaat dan untuk
terhindar dari kemudharatan. Oleh karena itu wajib baginya meminta
pertolongan kepada Allah saja untuk mendapatkan kebaikan dunia dan
akhirat. Barangsiapa yang di tolong Allah maka dialah yang beruntung dan
di beri petunjuk. Dan barangsiapa yang tidak di tolong Allah dan
dibiarkan saja maka dia orang yang merugi dan gagal. Oleh karena itu
besar sekali kedudukan ucapan (laa haula wala quwwata illa billahi).
Ucapan tersebut adalah harta karun dari surga sebagaimana yang
dijelaskan oleh Rasulullah. Karena ucapan tersebut mengandung pengakuan
bahwa tidak ada daya kekuatan bagi seorang hamba untuk berbuat kecuali
dengan pertolongan Allah ta’ala.
Oleh karena itu wajib bagi seorang muslim untuk meminta pertolongan
hanya kepada Allah saja baik dalam menjalankan ketaatan atau
meninggalkan kemaksiatan atau dalam bersabar atas semua yang menimpanya
dan dalam istiqomah (di atas agama-Nya) hingga dia bertemu Allah di hari
yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak keturunan. Allah ta’ala
berfirman :
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan” (QS. Al-Fatihah : 5).
Nabi bersabda : “Bersungguh-sungguhlah untuk berbuat yang bermanfaat dan
mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan engkau lemah” (HR. Muslim
5/521)
Iman Kepada Qodo’ dan Qodar
Nabi bersabda :
“Ketahuilah seandainya suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat
kepadamu maka mereka tidak bisa memberi manfaat tersebut kecuali yang
telah ditaqdirkan Allah untukmu dan apabila mereka berkumpul untuk
memadharatkanmu maka mereka tidak bisa memadharatkamu kecuali dengan
apa-apa yang ditakdirkan oleh Allah atasmu, telah di angkat pena dan
telah kering tinta”
Di dalam hadits Rasulullah inilah terdapat penjelasan tentang Qodho’ dan
Qodar, maka wajib bagi seorang hamba untuk mengimaninya. Allah ta’ala
mengetahui segala sesuatu yang dikerjakan hamba-Nya berupa kebaikan dan
kejelekan dengan terperinci dan ilmunya tidak didahului oleh ketidak
tahuan. Dan Allah maha mengetahui apa yang menimpa seorang hamba dari
kebaikan (atau musibah) dan dia telah menuliskannya di lauhul mahfudz.
Nabi bersabda: “Sesungguhnya Allah menuliskan takdir semua makhluk ini
sejak 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi” (HR.
Muslim) Beliau juga bersabda : “Sesungguhnya makhluk pertama yang
diciptakan Allah adalah al-Qolam lalu Allah mengatakan kepadanya :
Tulislah (takdir semua makhluk ini -pent), maka sejak itupun berjalan
takdir Allah hingga hari kiamat” (HR. Ahmad 5/317 dan dihasankan oleh
Syaikh al-Albani dalam Syarh Aqidah Thohawiyah hal. 294)
Seorang hamba tidak akan di timpa oleh sesuatu pun dari kebaikan dan
musibah melainkan yang telah Allah takdirkan baginya. Barangsiapa yang
akan Allah beri kebaikan maka tidak ada seorang pun dari penghuni langit
dan bumi yang bisa menghalangi kebaikan tersebut, meskipun mereka
bersatu-padu. Hal ini telah Allah jelaskan dalam al-Qur’an :
“Katakanlah : tidak ada yang menimpa kami melainkan yang telah Allah
tuliskan untuk kami” (QS. At-Taubah : 51).
Dan Allah berfirman :
“Katakanlah : sekiranya kamu berada dirumahmu, niscaya orang-orang yang
telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar juga ketempat mereka
terbunuh” (QS. Ali-Imran : 154).
Oleh karena itulah Nabi bersabda :
“Telah di angkat pena dan telah kering tinta”.
Ibnu Rojab berkata : “Ini adalah kinayah/perumpamaan akan
berlalunya/berjalannya semua takdir dari waktu yang lampau. Karena
sebuah buku yang telah selesai penulisannya dan telah di angkat pena
serta berlalu lama maka tinta pena yang di buat menulis itupun kering
begitu pula yang dibuat menulis di kitab tersebut. Ini adalah
seindah-indahnya perumpamaan/kinayah” 7 7. Jami’ul Ulum Wal Hikam hal.
182
Kenalilah Allah di Kala Senang Maka Allah Akan Mengenalimu di Kala Susah
Ini adalah kata-kata mutiara Nabi yang selayaknya untuk diingat dan
disebarkan. Didalamnya ada seruan untuk selalu ingat kepada Allah di
kala senang, aman, sehat, dan kaya serta gagah perkasa. Mengingat-Nya
adalah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan
larangan-larangan-Nya serta dengan melaksanakan yang sunnah/nafilah.
Barangsiapa yang ingat Allah di kala bahagia maka Allah pasti akan
mengenalinya di kala kesempitan, kemiskinan, kesusahan dan di saat dia
berduka cita serta menderita. Berapa banyak kesusahan di dunia ini yang
menimpa seorang muslim, akan tetapi jika Allah mengenalinya maka Allah
akan membantu dan menguatkannya di atas kebenaran dan menolongnya.
Sesungguhnya Nabi Muhammad selalu mengenal Rabb-Nya di kala senang dan
bahagia hingga Allah pun mengenali/menolong beliau di kala di gua
(tsaur), di perang Badar & Ahzab. Dialah yang menolong Nabi-Nya dan
meninggikan benderanya. Demikian pula dengan Nabi Yunus q beliau selalu
mengenali Rabbnya di kala suka cita maka Allah pun mengenalinya di kala
di dalam perut ikan dan Allahlah yang menyelamatkannya.

KUNJUNGI JUGA
===>PART I<===
===>PART III<===

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar